BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru profesional adalah kemempuan dalam mengorganisir
materi pembelajaran. Untuk melakukan tugas tersebut, guru hendaknya memiliki
keterampilan bagaimana merencanakan pembelajaran tersebut sesuai dengan
karakteristik bahan materi pembelajaran disamping karakteristik siswa, kondisi
lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya.
Dalam makalah ini diuraikan tentang
dimensi dan struktur Pendidikan IPS (PIPS) yang akan menjadi dasar dan sumber
pembelajaran khususnya dalam pengorganisasian materi yang diselenggarakan oleh
guru. Proses pembelajaran di kelas untuk para siswa hendaknya dapat mengarakan,
membimbing, dan mempermudah mereka dalam penguasaan sejumlah konsep dasar
sehingga mereka dapat membentukstruktur ilmu pengetahuannya sendiri. Tugas ini
sebenaranya tidak mudah mengingat kemampuan sisiwa sekolah memiliki latar
belakang kemampuan dan lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, sangat perlu
ada upaya pencarian dan penerapan model pembelajaran yang tepat agar proses
belajar mengajar lebih berkualitas.
Penguasaan dan pengembangan dimensi
dan struktur pembelajaran dalam PIPS sangat penting bagi guru karena siswa
sekolah menengah diharapkan telah memiliki kemampuan berfikir abstrak dan
parsial atau spesialisasi serta berpikir analitis. Untuk memfasilitasi
kebutuhan ini mahasiswa calon guru perlu mempersiapkan model pembelajaran yang
tepat yang didukung oleh kemampuan penguasaan terhadap dimensi-dimensi PIPS dan
strukturnya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
dan bagaimana dimensi pengetahuan (knowledge) dalam pendidikan IPS?
2. Apa
dan bagaimana dimensi keterampilan (skill) dalam pendidikan IPS?
3. Apa
dan bagaimana dimensi nilai dan sikap (values and attitudes) dalam
pendidikan IPS?
4. Apa
yang dimaksud dengan dimensi tindakan (action) dalam pendidikan IPS?
C. Tujuan
1.
Memahami apa dan bagaimana dimensi pengetahuan (knowledge) dalam
pendidikan IPS?
2.
Memahami apa dan bagaimana dimensi keterampilan (skill) dalam pendidikan
IPS?
3.
Memahami apa dan bagaimana dimensi nilai dan sikap (values and attitudes)
dalam pendidikan IPS?
4.
Memahami apa yang dimaksud dengan dimensi tindakan (action) dalam
pendidikan IPS?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Dimensi
PIPS
1.
Dimensi Pengetahuan (Knowledge)
Setiap orang memiliki wawsan tentang
pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Secara konseptual, pengetahuan (knowledge)
hendaknya mencakup: (1) Fakta; (2) Konsep; dan (3) generalisasi yang dipahami
oleh siswa.
Fakta adalah data yang spesifik
tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam
pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya
yang terkait dengan kehidupan.
Pada dasarnya fakta yang disajikan
untuk para siswa hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan
berfikirnya. Secara umum, fakta untuk siswa SD hendaknya berupa peristiwa,
objek, dan hal-hal yang bersifat konkret. Oleh karena itu guru perlu
mengupayakan agar fakta disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas
masing-masing.
Konsep merupakan kata-kata atau
frase yang mengelompok, berkatagori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta
yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif yang diberi
label.
Konsep dasar yang relevan untuk
pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin-disiplin ilmu sosial. Banyaknya
konsep yang terkait dengan lebih dari satu disiplin, isu-isu sosial, dan
tema-tema yang berasal dari banyak dimensi ilmu sosial. Konsep-konsep tersebut
tergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah.
Konsep yang dibentuk secara multidisiplin
berasal dari konsep disiplin tradisional dan menjadi pemerkaya bagi kajian IPS.
Konsep-konsep ini muncul karena adanya keperdulian dan persepsi sosial serta
munculnya permasalahan social yang semakin kompleks. Hal ini telah dipandang
sebagai cara alternatif dalam mengorganisasikan konsep-konsep IPS.
Generalisasi merupakan suatu
pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi
memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa.
Pengembangan konsep dan generalisasi
adalah proses mengorganisir dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup
bermasyarakat. Merumuskan generalisasi dan mengembangkan konsep merupakan
tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh siswa dengan bimbingan guru.
Hubungan antara generalisasi dan fakta bersfat dinamis. Memperkenalkan
informasi baru yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan generalisasi
merupakan cara yang baik untuk menkondisikan terjadinya proses belajar bagi
siswa. Dengan informasi baru, pada siswa dapat mengubah dan memperbaiki
generalisasi yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
2.
Dimensi Keterampilan (Skills)
Kecakapan mengolah dan menerapkan
informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa
menjadi warga Negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat
demokratis. Oleh karena itu, berikut uraian sejumlah keterampilan yang
diperlukan sehingga menjadi unsure dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran.
a.
Keterampilan Meneliti
Keterampilan ini diperlukan untuk
mengumpulkan dan mengolah data. Secara umum penelitian mencapkup sejumlah
aktivitas sebagai berikut:
- Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu
- Mengumpulkan dan mengolah data
- Menafsirkan data
- Menganalisis data
- Menilai bukti-buki yang ditemukan
- Memyimpulkan
- Menerapkan hasil temuan dan konteks yang berbeda
- Membuat pertimbangan nilai
b.
Keterampilan Berpikir
Sejumlah keterampilan berpikir
banyak berkontribusi terhadap pemecahan masalah dan partisipasi dalam kehidupan
masyarakat secara efektif. Untuk mengembangkan keterampilan berfikir pada diri
siswa, perlu ada pengusaan terhadap bagian-bagian yang lebih khusus dari
keterampilan berfikir tersebut serta melatihnya di kelas. Beberapa keterampilan
berfikir yang perlu dikembangkan oleh guru di kelas untuk para siswa meliputi:
- Mengkaji dan menilai data secara kritis
- Merencanakan
- Merumuskan faktor sebab dan akibat
- Memprediksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa
- Menyarankan apa yang akan ditembulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan
- Curah pendapat (brainstorming)
- Berspekulasi tentang masa depan
- Menyarankan berbagai solusi alternatif
- Mengajukan pendapat dan perspektif yang berbeda
c.
Keterampilan Partisipasi Sosial
Dalam belajar IPS, siswa perlu
dibelajarkan bagaiman berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Keahlian
bekerja dalam kelompok sangat penting karena dalam kehidupan bermasyarakat
begitu banyak orang menggantungkan hidup melalui kelompok. Beberapa
keterampilan partisipasi sosial yang perlu dibelajarkan oleh guru meliputi:
- Mengidentifikasi akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap orang lain
- Menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain
- Berbuat efektif sebagai anggota kelompok
- Mengambil berbagai peran kelompok
- Menerima kritik dan saran
- Menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan
d.
Keterampilan Berkomunikasi
Pengembangan keterampilan
berkomunikasi merupakan aspek yang penting dari pendekatan pembelajaran IPS
khususnya dalam inkuiri sosial. Setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif, dan kreatif.
Walaupun bahasa tulis dan lisan telah menjadi alat berkomunikasi yang paling
biasa, guru hendaknya selalu mendorong para siswa untuk mengungkapkan
gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam film, drama, seni (suara, tari,
lukis), pertunjukkan, foto, bahkan dalam bentuk peta. Para siswa hendaknya
dimotivasi agar menjadi pembicara dan pendengar yang baik.
3.
Dimensi Nilai dan Sikap (Value and Attitude)
Pada hakekatnya, nilai merupakan
sesuatu yang berharga. Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan
atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok
masyarakat tertentu yang ketika berpikir atau bertindak. Umumnya, nilai
dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau komunikasi antarindividu dalam
kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau
persatuan dari orang-orang yang satu tujuan.
Heterogenitas nilai yang ada di
masyarakat tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru dalam pembelajaran
IPS di kelas. Di suatu pihak, nilai dapat masuk ke dalam masyarakat dan tidak
mungkin steril dari isu-isu yang menerpa dan terhindar dalam masyarakat
demokratis. Di pihak lain, tidak dipungkiri bahwa nilai tertentu muncul dengan
kekuatan yang sama dalam masyarakat dan menjadi pembelajaran yang baik serta
menjadi perlindungan dari berbagai penyimpangan dan pengaruh luar. Agar ada
kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka nilai dapat dibedakan atas
nilai sustantif dan nilai prosedural.
a.
Nilai Substantif
Nilai substantif adalah keyakinan
yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar
menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Setiap orang memiliki keyakinan
atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya tentang sesuatu hal.
Dalam mempelajari nilai substantif,
para siswa perlu memahami proses-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan
untuk memecahkan konflik dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain, siswa
perlu mengetahui ada keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu
mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut.
Manfaat lain dari belajar nilai
substantif adalah siswa akan menyatakan bahwa dirinya memiliki nilai tertentu.
Guru harus menjelaskan bahwa siswa membawa nilai yang beragam ke kelas sesuai
dengan latar keluarga, agama, atau budaya. Selain itu, guru perlu menyadari
pula bahwa nilai yang dia anut tidak semuanya berlaku secara universal.
Program pembelajaran IPS hendaknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan, merefleksi, dan
mengartikulasikan nilai-nilai yang dianutnya. Proses ini tergantung pada
nilai-nilai prosedural di kelas. Siswa hendaknya memiliki hak mengambil posisi
nilai mana yang akan dianut tanpa paksaan atau menangguhkan keputusan dan tetap
tidak mengambil keputusan. Dengan kata lain, siswa hendaknya didorong untuk
bersiap diri membenarkan posisinya, mendengarkan kritikan yang ditujukan
terhadap dirinya dan atau mengubah keputusannya bila ada pertimbangan lain.
b. Nilai
Prosedural
Nilai-nilai prosedural yang perlu
dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran,
menghormati kebenaran dan menghargai orang lain. Nilai-nilai kunci ini
merupakan nilai yang menyokong masyarakat demokratis, seperti: toleran terhadap
pendapat yang berbeda, menghargai bukti yang ada, kerja sama, dan menghormati
pribadi orang lain. Apabila kelas IPS dimaksudkan untuk mengembangkan
partisipasi siswa secara efektif dan diharapkan semakin memahami kondisi
masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, maka siswa perlu mengenal dan
berlatih menerapkan nila-nilai tersebut.
Pembelajaran yang mengaitkann
pendidikan nilai ini secara eksplisit atau implisit hendaknya telah ada dalam
langkah-langkah atau proses pembelajaran dan tidaklah menjadi bagian dari
konten tersendiri. Dengan kata lain, nilai-nilai ini tidak perlu dibelajarkan
secara terpisah. Selain itu, masyarakat demokratis yang ideal harus mampu
mengungkapkan nilai-nilai pokok dalam proses pembelajaran bukan hanya retorika
semata bahkan harus menghormati harkat dan martabat manusia, berkomitmen
terhadap keadilan sosial, dan memperlakukan manusia sama kedudukannya di depan
hukum.
4.
Dimensi Tindakan (Action)
Tindakan sosial merupakan dimensi
PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta
didik yang aktif. Mereka pula dapat belajar secara konkret dan praktis. Dengan
belajar dari apa yang diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk
dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, para
siswa belajar menjadi warga Negara yang efektif di masyarakat.
Dimensi tindakan sosial dapat
dibelajarkan pada semua jenjang dan semua tingkatan kelas kurikulum IPS.
Dimensi tindakan social untuk pembelajaran IPS meliputi tiga model aktivitas
sebagai berikut.
- Percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah di kelas seperti cara berorganisasi dan bekerja sama.
- Berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan.
- Pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya pada saat siswa diajak untuk melakukan inkuiri.
B. Struktur
PIPS
Model pembelajaran alternatif untuk
bidang ilmu-ilmu sosial telah diperkenalkan dengan aneka ragam istilah
diperkenalkan dengan aneka ragam istilah, seperti : Model Inkuiri, Problem
Solving, Berpikir Kritis, Pengambilan Keputusan, dan sebagainya. Pada
hakekatnya, model-model pembelajaran ini lebih banyak menekankan pada upaya
membelajarkan siswa secara aktif (Students’ Active Learning).
Untuk menyajikan materi pembelajaran
yang penuh dengan muatan konsep, generalisasi dan teori, Marlin L. Tanck dalam
Sapriya (2009) memperkenalkan model pembelajaran konsep, generalisasi dan
konstruk yang dikenal dengan “A Model of A knowledge” (Model Struktur
ilmu Pengetahuan).
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran
IPS dan sekaligus menjadi tugas guru pada tingkat pendidikan dasar adalah
menerjemahkan materi yang sulit menjadi mudah atau materi pelajaran yang
bersifat abstrak menjadi konkret. Suatu upaya untuk menerjemahkan dan
mengkonkretkan hal yang abstrak tersebut biasanya diperlukan sesuatu yang
berfungsi sebagai wakil atau representasi. Sesuatu yang mewakili inilah yang
dikenal dengan sebutan model. Para siswa yang tengah belajar pada jenjang
pendidikan menengah , perlu dibimbing dan diperkenalkan kepada atau dilatih
kemampuan dalam berpikir abstrak. Dengan kata lain, para guru perlu
memperkenalkan pengetahuan abstrak (abstrack knowledge) kepada siswanya.
Salah satu cara untuk membantu para siswa dalam memiliki kemampuan ini adalah
melalui perantara model.
C. Model
Struktur Pengetahuan
Menurut Tanck pengetahuan (knowledge)
dianggap sebagai hasil kerja intelektual yang dikembangkan oleh manusia melalui
proses psikologisnya. Hasil-hasil itu dapat digolongkan dalam bentuk/jenis
pengetahuan yang berbeda-beda. Jenis pengetahuan dapat dilihat sebagaimana
dirancang dalam model struktur atau organisasi pengetahuan.
Model ini berusaha membedakan
jenis-jenis pengetahuan yang berbeda-beda dan mengorganisasikannya dalam suatu
struktur. Model ini dapat mewakili suatu cara bagaimana pengetahuan yang
bersifat abstrak ini dapat digolongkan dan disusun sehingga para guru dapat
dengan mudah merancang pengajaran dan para siswa lebih mudah lagi belajar.
Model dibawah ini dapat diuji apakah model ini dapat membantu para guru lebih
efektif merancang pengajaran aspek pengetahuan pilihan yang bersifat abstrak
dan apakah para siswa merasakan terbantu pada waktu belajar menguasai
pengetahuan pilihan tersebut.
Model struktur ilmu pengetahuan
terdiri atas unsur-unsur yang dapat digambarkan dalam diagram, sebagai berikut
:
Construct
Generalization
Concept
Fact
and Atribute
Secara lebih rinci unsur-unsuryang
ada dalam struktur ilmu pengetahuan diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Atribut
Atribut merupakan karakteristik atau
sifat sejumlah benda, peristiwa atau ide yang dapat dibedakan. Atribut-atribut
itu misalnya ciri-ciri yang dapat dianggap sama, serupa atau berbeda. Atribut
dapat didasarkan pada fakta berupa informasi konkret yang dapat diverifikasi
dari laporan orang lain atau hasil pengamatan langsung seseorang. Apakah
informasi itu akurat, dapat dibuktikan dengan cara memeriksa kebenaran laporan
atau dengan meneliti, mendengarkan, menyentuh, dan merasakan.
Laporan lisan, gambar, dan chart
data dapat digunakan untuk mengkomunikasikan atribut-atribut. Penkomunikasian
fenomena dan kondisi yang terlihat merupakan proses mempelajari
atribut-atribut. Para siswa dapat mempelajari atribut-atribut melalui proses
persepsi, yakni memperoleh informasi dari orang lain, atau pengamatan dan
pengkajian oleh mereka sendiri.
Atribut dapat diketahui menurut
tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Beberapa atribut dapat dengan udah
dinyatakan sedangkan yang lainnya mungkin dapat dipahami dan digunakan namun
tidak mudah diungkapkan.
2.
Kelas
Kelas adalah pengelompokkan kategori
benda-benda, peristiwa atau pemikiran. Setiap kelas meliputi benda-benda yang
memiliki kesamaan atribut dan mengabaikan atribut-atribut yang berbeda atau
tidak ada kaitannya. Pengkelasan berdasarkan pada satu atau atribut tertentu,
tidak pada semua atribut.
Pengkelasan merupakan sesuatu hal
yang biasa dan banyak kegunannya. Semua orang yang kita ketahui, kita tempatkan
dalam ragam kelas, seperti laki-laki – perempuan, kaya – miskin, bersahabat –
bermusuhan. Benda-benda hidup dapat dikelompokkan sebagai berikut: tanaman –
hewan, mamalia atau reptil atau burung, binatang buas – binatang piaraan.
Kelompok buku-buku dapat dibagi menurut jenisnya, seperti fiksi – nonfiksi,
bersamul tebal – bersampul tipis, mudah – sulit. Dengan demikian, kita
dapatmengklasifikasikan sesuatu secara praktis menurut pengalaman sesuai dengan
atribut-atributnya.
3.
Simbol
Setiap kelas dapat dirujuk dengan
suatu symbol. Symbol menunjukkan kelas. Symbol dapat berupa kata-kata, tanda,
gerak mimic,nomor angka, atau yang lainnya. Apapun namanya simbol merupakan
cara yang bermanfaat untuk mengkomunikasikan tentang kelas. Kelas semua benda
yang digunakan dalam produksi mungkin cocok disebut “sumber-sumber produksi”
atau “faktor-faktor produksi”. Benda-benda seperti tanah dan pohon dapat
dirujuk sebagai sumber alam. Kelas benda-benda buatan manusia yang digunakan
untuk memproduksi dapat dinamakan “modal”. Kelompok orang yang bekerja untuk
menghasilkan sesuatu barang dapat disebut “tenaga kerja” (buruh) atau “sumber
daya manusia”.
|
|
Gambar.
Kelas dan subkelas
Gambar di atas menunjukkan adanya
saling hubungan antar kelas. Lingkaran besar adalah gambar tentang
factor-faktor produksi yang mewakili semua benda yang digunakan dalam
memproduksi barang dan jasa . lingkaran kecil (1, 2, 3) mewakili subkelas dari
setiap factor produksi.
4.
Konsep
Konsep merupakan pokok pengertian
yang bersifat abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok benda,
peristiwa, atau pemikiran (ide). Lahirnya konsep karena adanya kesadaran atas
atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol. Konsep “tanah” bagi siswa
merupakan sebutan umum untuk sumber alam yang produktif. Konsep buruh menurut
siswa merupakan sebutan abstrak tentang apa yang dimiliki oleh semua anggota
kelas/kelompok.
Konsep bersifat abstrak dalam
pengertian yang berkaitan bukan dengan contoh tertentu melainkan dengan semua
anggota kelas. Konsep dapat dianggap sebagai suatu model kelompok benda yang
terpikirkan. Konsep merupakan cara berpikir menggenerelasasikan sejumlah
anggota kelas yang khusus ke dalam satu contoh model yang tidak nampak,
termasuk atribut semua contoh yang berbeda-beda.
Konsep bersifat subyektif dan
menyatu. Semua orang membentuk konsep dari pengalamannya sendiri. Dari
pengalaman seperti mencatat contoh-contoh dan mendengarkan diskusi yang
melibatkan kelas, setiap orang menjadi sadar akan pengertian dan atribut.
Konsep merupakan kesadaran internal
yang mempengaruhi perilaku yang tampak. Konsep-konsep yang digunakan dalam
proses pembelajaran dapat diperoleh dari konsep disiplin ilmu atau dari konsep
yang telah biasa digunakan dilingkungan kehidupan siswa atau masyarakat
setempat. Berikut ini adalah matrik yang dapat dijadikan model oleh guru dalam
proses pembelajaran.
Jenis perilaku yang menunjukkan
pengetahuan tentang konsep
|
Contoh perilaku tentang konsep
sumber daya alam, buruh, modal.
|
PENGELOMPOKAN. Diberikan sejumlah
contoh gambar orang yang berpakaian berbeda-beda sesuai dengan profesinya,
siswa akan dapat mengidentifikasi contoh gambar dan yang bukan contoh
gambardari suatu konsep.
|
Ketika diberikan contoh gambar:
dokter, sekretaris, turis, dan bayi, kemudian diajukan pertanyaan, gambar
mankah yang termasuk kelompok tenaga kerja, siswa memilih dokter dan sekretaris
sebagai profesi tenaga kerja, bukan turis dan bayi.
|
APLIKASI. Diberikan masalah baru
dengan memanfaatkan pengetahuan konsep umum, siswa akan menggunakan konsep
untuk memecahkan masalah.
|
Apabila ditanya, apakah perbedaan
antara mengolah tanah menggunakan cangkul dan mengolah tanah menggunakan
traktor, siswa menjawab bahwa yang pertama banyak memerlukan banyak tenaga
kerja manusia sedangkan yang kedua memerlukan banyak modal.
|
SINTESIS. Diberikan motivasi,
siswa akan dapat membuat contoh-contoh konsep yang unik.
|
Apabila diminta pendapat bagaimana
cara memanfaatkan rumput laut sebagai bahan makanan tambahan dan mengemukakan
apakah sumber alam, tenaga kerja dan modalnya, siswa mungkin menjawab
‘manisan rumput laut” dan rumput laut sebagai sumber alam (bahan mentah),
mesin mengolah sebagai modal dan operator mesin sebagai tenaga kerja.
|
5.
Generalisasi
Generalisasi merupakan penekanan
suatu hubungan yang terjadi antara atau antarkelas/kelompok. Pengertian yang
dimaksud dalam generalisasi dapat disebut preposisi, hipotesis, inferensi,
kesimpulan, atau prinsip. Arti generalisasi ini biasanya dikomunikasikan secara
verbal dalam suatu pernyataan, seperti “Lembaga-lembaga sosial cenderung ada di
lingkungan masyarakat manusia”. Pernyataan ini mengandung simbol untuk
membentuk generalisasi.
Hubungan yang ditegaskan dalam
bentuk pernyataan, seperti “sumber daya alam, tenaga kerja dan modal digunakan
dalam berbagai proses produksi ” merupakan contoh generalisasi. Untuk memahami
suatu generalisasi, perhatikanlah beberapa prisipberikut ini:
1.
Generalisasi meliputi hubungan antar dua atau lebih konsep.
2.
Generalisasi bersinggungan dengan kelas/kelompok secara menyeluruh. Secara luas
dapat diterapkan terhadap hal-hal yang umum bukan hanya kepada hal-hal yang
khusus.
3.
Generlisasi merupakan abstraksi yang tingkatannya lebih tinggi dibanding
konsep. Sebagai pengertian dari suatu hubungan abstrak antara konsep-konsep
yang abstrak, generalisasi lebih abstrak daripada konsep.
4.
Generalisasi berdasarkan pada inferensi. Generalisasi berasal dari pemikiran
bukan dari pengamatan. Kita dapat dengan mudah melihat bahwa sumber daya alam,
tenaga kerja, dan modal digunakan dalam pertanian dan perhutanan, namun kita
dapat melihat bahwa semuanya dapat digunakan dalam semua proses produksi.
5.
Generalisasi merupakan penegasan yang dapat dianggap sebagai kebenaran dan
ketepatan. Apakah generalisasi itu benar dan akurat dapat diuji. Apabila orang
setuju dengan konsep-konsep yang digunakan dalam generalisasi bahwa “sumber
daya alam, tenaga kerja dan modal digunakan dalam semua proses produksi”, dapat
diuji dengan cara membuktikannya melalui proses inkuiri.
6.
Generalisasi bukan pernyataan atau penegasan yang verbalisme melainkan
pernyataan yang kebenarannya perlu dibuktikan melalui perilaku yang tampak.
Cara menunjukkan kemampuan siswa
memahami generalisasi:
Jenis perilaku tentang
generalisasi
|
contoh perilaku
|
PENGELOMPOKAN. Diberika
kasus-kasus baru, siswa akan dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang positif,
negatif, dan bukan kasus.
|
Ketika ditanya apakah sumber daya
alam, tenaga kerja, dan modal digunakan dalam industri,siswa dapat menjawab
“ya” dan mengidentifikasi contoh-contoh sumber daya alam, tenaga kerja dan
modal.
|
APLIKASI. Diberikan masalah baru
dengan memanfaatkan pengetahuan konsep umum, siswa akan menggunakan konsep
untuk memecahkan masalah.
|
Apabila ditanya, apakah perbedaan
antara mengolah tanah dengan menggunakan cangkul dan mengolah tanah dengan
menggunakan traktor, siswa mungkin menjawab bahwa yang pertama memerlukan
banyak tenaga kerja manusia, sedangkan yang kedua banyak memerlukan banyak
modal.
|
SINTESIS. Diberi motivasi, siswa
akan dapat membuat contoh-contoh generalisasi yang unik.
|
Apabila diminta pendapat bagaimana
membuat kursi tamu, siswa mungkin memasukkan contoh-contoh sumber daya alam
(kayu), tenaga kerj adan modal dalam menggambarkan proses produksi.
|
Proses pembelajaran dengan teknik
pengelompokan, aplikasi, dan sisntesisi merupakan cara menyajikan bahan materi pelajaran
untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam mengaitkan satu konsep dengan
konsep yang lainnya. Agar siswa mahir dengan kemampuan ini, maka pelatihan
dalam pembelajaran perlu dilakukan secara berkelanjutan sesuai dengan karakter
materi palajarannya.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Program Pendidikan IPS yang
komprehensif adalah program yang mencakup empat dimensi sebagai berikut:
1.
Dimensi pengetahuan (Knowledge); mencakup fakta, konsep dan
generalisasi.
2. Dimensi keterampilan (Skills);
mencakup keterampilan meneliti, berpikir, partisipasi sosial, dan
berkomunikasi.
3. Dimensi nilai dan sikap (Values
and Attitudes); terdiri atas nilai substansif dan nilai prosedural. Nilai
substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya
hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata.
Nilai-nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai
kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai
pendapat orang lain.
4. Dimensi tindakan (Action). merupakan
dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi
peserta didik yang aktif.
2.
Saran
1.
Dalam mengajarkan IPS pada siswa sangat perlu ada upaya pencarian dan
penerapan model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar lebih
berkualitas.
2.
Mahasiswa calon guru perlu mempersiapkan model pembelajaran yang tepat yang
didukung oleh kemampuan penguasaan terhadap dimensi-dimensi PIPS dan
strukturnya.
3.
Agar lebih memahami tentang konsep dimensi dan struktur pendidikan IPS
hendaknya kita membaca dari berbagai literature yang mendukung atau bertanya
pada dosen pembimbing.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi, Ridwan. 2010. Pengembangan
pendidikan IPS SD. Terdapat pada http://pjjpgsd.upi.edu/moodle/forum/1/593/MATERI_WEB.pdf. Diunduh pada tanggal 11 Maret 2011.
Ipadmanual. 2011. Dimensi-dimensi
pendidikan IPS. Terdapat pada http://ipadmanual.co.cc/pdf?dimensi-dimensi-pendidikan-ips. Diunduh pada tanggal 11 Maret 2011.
Ischak, dkk. 2004. Pendidikan IPS
SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Lusmayan, Wayan. 2009. Pendidikan
IPS di Sekolah Dasar. Terdapat pada http://lasmawan.wordpress.com/2009/03/23/pendidikan-ips-di-sd/. Diakses pada tanggal 11 maret 2011.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar